Genre : Romance
Kejora’s room, 19.00
Memutar balik
kisah klasik antara aku dengannya, mungkin lebih tepatnya rasaku dengannya.
Sudah hampir 5 tahun aku meninggalkan kamar ini, kamar yang penuh dengan
memori-memori indah dengannya. Tempat yang menjadi saksi bisu kisah klasik
dalam hidupku. Semuanya masih tertata dengan rapi, tak ada yang berubah satu
pun dari kamar ini, masih memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Ku telusuri
setiap sudut ruangan ini dan sejenak ku berhenti di sebuah meja kayu yang
dahulu ku pakai untuk belajar. Mataku tertuju pada sebuah kertas yang dulu ku tempel di
meja itu.
*******
Tulisan ini selalu menjadi sumber semangat baruku
ketika sedang down. “Ka bintang, aku
kangen…”lirih kejora. Seketika kenangan-kenangan masa kecilnya bermunculan
di benaknya. Lamunan kejora menghilang ketika ada sesosok wanita paruh baya
membelai rambut panjangnya secara tiba-tiba. “ra, ayo turun ke bawah, kita
makan malam bersama”ajak sang ibu. Kejora menatap dalam mata sang ibu dan tanpa
sadar otot-otot tubuhnya memerintahnya untuk memeluk ibunya. “bu… aku kangen
sekali, aku kangen saat ibu membelai rambutku, ketika ibu menasihatiku bahkan
ketika ibu memarahiku ketika aku nakal, aku kangen semuanya. Dan semua itu
tidak aku dapatkan di negeri adi daya Amerika, ya walaupun aku sering menelepon
ibu tapi kan rasanya berbeda sekali, tidak seperti sekarang ini ketika aku
berada di samping ibu” protes kejora. Ibu hanya bisa tersenyum melihat anaknya
tidak berubah sama sekali setelah tinggal di Amerika selama 5 tahun untuk
melanjutkan pendidikannya di Universitas nomor satu di dunia Masschussets Institute of Technology (MIT) karena mendapatkan beasiswa untuk kuliah disana dan setahun bekerja sebagai IT
staff di salah satu perusahaan ternama di Amerika. Kebudayaan barat yang
mengandung nilai moral yang sangat berbanding terbalik dengan kebudayaan timur
tidaklah merubah sikap maupun sifat kejora yang polos dan menggemaskan.
Dining room, 19.20
Di meja makan terdapat dua orang lelaki yang
sedang menyantap makanannya dengan lahap. Dia Ayah dan Kakak laki-lakiku. Kami
ini keluarga yang sederhana dan cukup harmonis. Kami selalu menyempatkan makan malam bersama setelah menjalankan aktivitas
kami seharian di luar. Dengan mulut yang masih penuh dengan makanan kakakku
membuka percakapan, “Kau curang, pulang tidak memberi kabar. Kalau kau
memberiku kabar akan pulang hari ini sebelumnya aku akan….”.
“Akan
menjemputku??“celetuk kejora memotong pembicaraan kakaknya.
“Anio...
aku akan memberitahumu daftar oleh – oleh yang sudah kusiapkan.“ Tegas Ka Kenzie.
“Aiiissh,
kau itu sangat menyebalkan, kupikir sifat menyebalkanmu akan terkikis oleh usiamu,
tapi ternyata kau tak pernah berubah. Apa kau tidak kangen dengan adik manis di
sampingmu ini? Harusnya kau menjemputku dan menyambutku dengan pelukkan. Tapi
rasanya itu tidak mungkin kau lakukan, terlalu tabuh untukkmu melakukan itu.
Hahhaha“ ejek kejora.
“Agh...
sudahlah makan makananmu itu, kalau kau sudah berbicara tidak ada titiknya“
Keluh Kenzie berdecak kesal atas ejekkan yang dilakukan adik kesayangannya itu.
Sejenak suasana menjadi hening, kami melanjutkan santapan makan malam yang
begitu nikmat.
Kejora room’s, 20.15
Merebahkan
tubuh di ranjang yang sudah lama tidak dia tiduri. Lantunan instrumen piano dan
biola menggema di ruangan ini. Kejora memang sangat suka musik instrumen sejak
kecil apalagi jika di dengarkan ketika ingin tidur, rasanya seperti
merelaksasikan otak yang mungkin sudah lelah untuk berpikir ketika menjalankan
aktivitas seharian. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terdapat sesosok
laki-laki yang berjalan ke arahnya. Kejora pun terbangun dari tidurnya dan
duduk bersandar di dinding.
“Kenzieeee,
jangan di matikan. Aku sedang menikmati malam pertamaku kembali kerumah kau
malah mengacaukannya“. Teriak Kejora.Jarak di antara kami hanya berbeda 3 tahun
jadi terkadang aku suka memanggil namanya saja.
“Suara
musikmu terdengar sampai ke kamarku, aku jadi terbangun dan tidak bisa tidur“.
Ucap Kenzie seraya mengucek-ngucek matanya yang sepertinya dia masih setengah
sadar.
Kenzie
akan selalu tidur lebih awal karena dia kelelahan setelah seharian bekerja,
apalagi jika akhir bulan seperti sekarang ini dia pasti akan selalu melembur di
kantornya untuk menyelesaikan laporan-laporan yang harus dibuatnya dan pulang
hingga larut malam. Sudah seminggu kemarin Kenzie melembur dan hari ini sudah
berakhir masa-masa lemburnya. Usianya kini sudah beranjak 26 tahun namun dia
belum mempunyai kekasih. Dia terlalu sibuk mengurusi proyek – proyek yang dia
handle.
Kenzie
pun terduduk di samping Kejora. “Mulai sekarang, kau panggil aku oppa. Jangan
kau panggil aku dengan namaku lagi. Kau itu adikku sudah selayaknya kau
bersikap lebih sopan dengan kakak kesayanganmu yang tampan ini“. Tukas Kenzie
seraya menaikkan alisnya sebelah dan mengacak rambut hitam adiknya. Kenzie
bekerja di perusahaan asing Korea yang berada di Indonesia sebagai Manager
Pemasaran, dan hampir 3 bulan sekali dia harus pergi ke Korea untuk melakukan
riset penjualan produk asli Indonesia. Walaupun bekerja di perusahaan asing
namun produk yang di eksport adalaha produk asli Indonesia. Makanya dia sudah
terbiasa berbicara dengan bahasa Korea, di kantornya pun dia terbiasa dengan
hal itu karena orang Korea itu tidak lancar berbahasa Inggris sebagai bahasa
Internasional. Sampai-sampai Ayah dan Ibu dia panggil eomma dan appa. Sungguh
keterlaluan sekali dia sampai dia lupa dia berbicara dengan siapa dengan bahasa
yang di pakai di kantornya.
“Aku tidak mau !!“ decak Kejora.
“Aigoo.. aku hanya ingin kau mengerti. Main set bahasa di otakku ini sudah Korea,
karena hampir 12 jam lebih aku berinteraksi menggunakan bahasa itu. Rasanya
akan sangat aneh sekali ketika aku harus mendengar kau memanggilku kakak“.
Jelas Kenzie
“Tapi
kita ini tinggal di Indonesia. Akan aneh jika kita berinteraksi seperti itu.
Apalagi jika orang mendengarnya aku memanggilmu oppa, pasti mereka mengira aku
ini cucumu. Hahaha“ ejek Kejora
Kenzie tersenyum lebar mendapati adiknya yang tidak pernah berubah, tetap
menjadi anak yang riang dan lucu menggemaskan. Hubungan kami sangat dekat
mungkin karena jarak di antara kami dekat. Bukan berarti kami sangat dekat kami
tidak pernah berantem. Terkadang kami selalu beradu pendapat yang pada akhirnya
ibu hanya bisa mengelus dada.
Kejora Room’s, 06.30
“Selamat
pagi Kejora Lareina sayang...“ sapa Kenzie sambil menngecup kening adiknya.
Kejora
terbangun dengan tercengang melihat ekspresi Kenzie yang membangunkannya dengan
cara seperti itu.
“Aisshhh
bisakah kau memperlakukanku seperti seorang wanita dewasa, tidak pantas lagi
kau melakukan hal itu denganku sekarang, aku sudah 23 tahun dan aku bukan lagi
adik kecilmu yang seenaknya kau kerjai, kau acak-acak rambutku, dan kau kecup
keningku ketika membangunkanku. Bagaimana jika nanti kau sudah mempunyai istri
dan anak kalau perlakuanmu seperti itu, apa kata mereka.“ cibir Kejora yang
masih setengah sadar.
“Hahaha
sampai kapan pun kau tetap menjadi adik kecilku. Ya kalau urusan itu nanti
sajalah ku pikirkan lagi. Lagian sampai sekarang ini belum ada yang mau menjadi
kekasihku“ tandas Kenzie.
“Kaunya
saja yang terlalu nyaman dengan duniamu saat ini sehingga kau lupa akan tugasmu
memberikan cucu untuk eomma dan appa”. Tanpa sadar Kejora juga melakukan hal
yang sama dengan kakaknya. Ini juga
akibat dari Kejora menyukai film drama Korea yang saat ini sedang ngetrend di
Indonesia.
“Sudahlah,
cepat kau mandi aku ingin mengajakmu jalan-jalan hari ini“. Kenzie menyeret
adikknya itu untuk segera masuk ke kamar mandi.
Dengan
tangkas Kejora segera meletakkan punggung tangannya di dahi Kenzie. Kenzie
merasa aneh “Aigoo apa kau pikir aku sudah tidak waras hah... aku hanya ingin
mengajakmu jalan-jalan dan hari ini aku sengaja mengambil cuti demi kau, kau
malah mengejekku seperti itu, masa kau tak tau kalau kakakmu yang tampan ini
sangat berbaik hati menyambut kedatanganmu dengan mengajakmu jalan-jalan“
dengan narsisnya Kenzie tersenyum manis.
“huuuuhh,
syndrom percaya dirimu telah melampaui batas wajar“. Cibir Kejora
Kejora pun segera memasuki kamar mandi dan selagi Kejora mandi Kenzie juga
bersiap-siap.
Dunia Fantasi 11.35
“Oppa,
gomawo udah ngajak aku jalan-jalan, aku senang sekali, aku sangat rindu
keramaian di Jakarta“Ucap Kejora dengan mata yang berbinar-binar tak dapat
menyembunyikan kebahagiaannya.. Kenzie hanya membalasnya dengan senyuman.
“Kajja...
kita naik yang itu“ tunjuk Kenzie menarik tangan Kejora untuk segera ke tempat
yang Kenzie inginkan.
Sudah
sejam lebih Kejora dan Kenzie bersenang-senang di pusat rekreasi yang berada di
Jakarta Utara itu. Dan sepertinya perut mereka sudah tidak bisa di ajak
bersenang-senang lagi, cacing-cacing piaran Kejora pun melonjak-lonjak bagian
dalam perut Kejora.
“Oppa,
aku lapar“ keluh Kejora dengan memasang muka polos. Polos yang tidak
dibuat-buat memang seperti itu wajahnya ketika dia mengeluhkan sesuatu,
walaupun begitu wajahnya tetap terlihat sangat cantik.
“Kajja,
aku juga lapar“ Ucap Kenzie
Orang-orang
di sekeliling mereka memandang aneh, matanya tersirat penuh pertanyaan. Apakah
kami benar-benar orang asing ataukah antara cucu dan opanya. Kami pun
menghiraukan semua mata yang tertuju pada kami. Memang terasa aneh jika
berinteraksi seperti ini. Tapi sepertinya syndrom Kenzie sudah menjalar ke otak
Kejora.
Setelah
memesan makanan mereka mengobrol santai menceritakan tentang pengalaman mereka
masing-masing ketika terpisah selama 5 tahun. Selama 5 tahun Kejora tidak
pulang ke Indonesia karena aktivitas yang padat yang menuntut Kejora untuk
tetap standby berada di sana. Dan Kejora hanya berkomunikasi dengan keluarganya
maupun teman-temannya di Indonesia melalu ponsel dan media jejaring sosial. Dan
tiba-tiba mata Kejora tertuju pada seorang namja yang sedang bergandengan
dengan seorang yeoja cantik di sampingnya sedang berjalan ke salah satu
permainan
“Itu seperti Ka Bintang, tapi apa benar
itu ka Bintang?“ Kejora
menatap penuh tanya dalam hati. Lamunannya tersadar ketika makanan yang Kejora
pesan sudah datang. Dengan lahapnya Kejora menyantap makanannya tersebut,
menghiraukan apa yang barusan saja ia pikirkan. “Aku tidak mau acara ku hari ini bersama oppaku menjadi tidak
menyenangkan, lebih baik lupakan sejenak pikiran-pikiran aneh yang melesat
dalam benakku ini“.
To
be continued.............